RAFTING Sambirejo: Keseruan menaklukkan jeram sungai Tuntang

Table of Contents
Lirih terdengar suara beberapa orang pria yang sedang berkoordinasi untuk memeriksa dan menyiapkan berbagai peralatan untuk keperluan rafting. Tak jauh dari mereka, terlihat berjajar helm dan rompi pelampung yang telah tersedia untuk kami kenakan dalam kegiatan rafting hari ini.



ketika tengah asik memperhatikan mereka sembari menunggu beberapa kawan yang belum datang, saya di kagetkan oleh seorang wanita dengan senyum ramah yang menyapa dan meminta kami untuk melakukan persiapan.

Kemudian satu persatu kawan-kawan saya yang berjumlah tak kurang dari 15 orang mulai mengenakan helm dan rompi keselamatan. Ketika beberapa teman yang baru pertama kali menjajal pengalaman rafting tampak mengalami kesulitan untuk mengenakan rompi, dengan sigap dan tak segan salah seorang pengelola wanita membantu mereka.

Hal ini menunjukkan keseriusan dan keprofesionalan para pengelola RAFTING Sambirejo yang merupakan salah unit usaha BUMDes setempat. Mulai di rintis sekitar 4 tahun yang lalu, Nama RAFTING di pilih karena merupakan kependekan dari ‘Real Adventure and Fun Tubing’.



Setelah semua persiapan selesai, kami semua di arahkan untuk menaiki mobil bak terbuka yang akan membawa kami menuju ‘starting point’ yang telah di tentukan. Keseruan bercampur rasa penasaran sudah mulai terasa ketika mobil yang kami tumpangi mulai berjalan.

Tampak wajah ceria nan sumringah terpancar dari semua yang ikut dalam rombongan. Guyonan-guyonan internal pun mulai terlontar dari beberapa kawan, yang mungkin hanya bisa membuat tertawa beberapa amggota rombongan saja.

Sekitar sepuluh menit dari lokasi pemberangkatan yang terletak di balai Desa Sambirejo, Kec. Bringin, mobil pick up yang kami tumpangi berbelok ke arah kanan menelusuri jalan  kecil yang mungkin hanya cukup untuk satu lajur mobil saja.

Segera terbesit dalam benak saya, derasnya aliran sungai Tuntang yang sudah menunggu rombongan kami dan berbagai keseruan sebenarnya yang tak lama lagi akan terjadi.

Diluar dugaan kami, sebelum sampai di bibir sungai Tuntang, rombongan kami seakan di sambut dengan bonus ‘rafting darat’ yang di berikan oleh jalanan yang kami lalui. Beberapa spot terjal membuat mobil yang kami tumpangi bergoncang kesana kemari layaknya sebuah perahu yang mengarungi derasnya alisan sungai Tuntang.

Namun tak tampak satupun mimik wajah terganggu dari semua yang ikut di dalam rombongan, seakan hal ini justru membuat kami semua terlatih dengan goncangan yang akan kami alami di arung jeram yang sebenarnya.

Nikmatnya ‘rafting darat’ yang kami alami terhenti setelah rombongan kami melewati sebuah jembatan yang melintang gagah di atas sungai Tuntang. Sekilas dari kejauhan nampak para ‘nahkoda’ yang sudah bersiap di bibir sungai bersiap di samping armada yang akan membawa kami mengarungi sungai tuntang. Armada yang akan kami tumpangi terbuat dari tiga ban dalam truk tronton yang di rangkai menjadi satu. Setiap armada bisa memuat lima orang termasuk “nahkoda”.

Segera setelah mobil pick up yang kami tumpangi berhenti, Dengan penuh semangat, saya dan tiga orang kawan bergegas turun dari mobil pick up dan menuju armada yang akan kami tumpangi. Langkah kami di ikuti oleh empat rombongan yang lain, dengan tak kalah semangat, untuk menaklukkan jeram yang terlihat menantang di depan mata kami. Tak lupa ‘action camera’ yang kami bawa ikut dipersiapkan untuk merekam berbagai keseruan yang akan kami alami di sepanjang perjalanan.

Tak lama setelah kami menaiki armada yang sudah di siapkan, Mas Ehsan, sang "nahkoda" armada kami bergegas mengarahkan armada kami ke ketengah sungai sambil menanggapi pertanyaan yang kami lontarkan. Menurut beliau, kondisi jeram yang akan kami lalui kali ini tidak begitu deras karena sudah cukup lama tidak turun hujan.

Namun bagi kami berempat, riak air yang akan kami lalui beberapa saat lagi terlihat deras dan menantang. Dan benar saja, teriakan demi teriakanpun seketika terdengar karena armada kami naiki terhempas kesana kemari mengikuti irama jeram yang terbentuk alami.

Jeram demi jeram mampu kami lalui berkat kelihaian mas Ihsan dalam mengendalikan armada, meskipun perahu kami sempat berputar 180 derajat. Kondisi berbeda justru di alami rombongan yg berada di belakang kami.  Rekan kami, pak Sudardi, terhempas dari perahu dan merasakan nikmatnya terbawa arus.

Untunglah dengan kekompakan dan kerjasama rekan searmada,  beliau segera bisa di angkat kembali ke dalam armada dan melanjutkan perjalanan. Hal seperti inilah yang menambah keseruan dan menciptakan kenangan yang berkesan.

Petualangan kami pun berlanjut dengan kondisi sungai yang tenang namun dengan suguhan pemandangan yang indah. kami berempat takjub ketika bukit dan tebing bebatuan yang menghiasi sisi kiri sungai. Tanpa pikir panjang, kamipun meminta mas Ehsan untuk memperlambat armada yang kami tumpangi agar dapat berfoto dengan background tebing yang indah.

Setelah merasa cukup mendapatkan foto yang di inginkan, kamipun segera menuju titik pemberhentian pertama untuk menemui rombongan lain yang sudah terlebih dulu sampai. Pemberhentian ini di pilih karena merupakan bagian sungai yang dangkal sehingg kami bisa berhenti sejenak untuk beristiraha sambil berfoto ria.


keseruan perjalanan kami setelah istirahat, akan ada di postingan selanjutnya. :-)
Roni Wahyudi
Roni Wahyudi Menulis adalah cara terbaik untuk mengingat dan di ingat.

2 comments

Comment Author Avatar
November 3, 2020 at 5:53 AM Delete
For instance, at Whitewater Challengers, guides get preparing in quick water salvage, Red Cross emergency treatment (standard and progressed) and CPR. Also, they amass a great many hours on the waterway, getting comfortable with each part of whitewater at every one of many distinctive water levels. Life Jacket For Kayaking
Comment Author Avatar
Anonymous
February 10, 2023 at 2:25 AM Delete
Wow amazing mr